Noeul masuk perguruan tinggi dengan mimpi cemerlang belajar film.
Di sana dia bertemu Jooheon, yang memancarkan kehadiran luar biasa.

Meskipun semua orang menginginkan perhatiannya, Jooheon mengambil tempat di belakang orang lain dan
karena beberapa alasan, dia mengambil sikap ambigu yang membuatnya sulit untuk membedakan apakah dia sedang marah-marah atau bercanda denganku.

Noeul dengan cepat jatuh cinta padanya, tetapi karena kenyataan yang tiba-tiba, dia mengucapkan selamat tinggal padanya dengan dingin.

Sepuluh tahun kemudian, keduanya bertemu lagi... … .

“Apakah kamu masih bermimpi menjadi pangeran di atas kuda putih? “bayi.”
“Jangan panggil aku seperti itu karena itu kotor.”
“aku mengerti, tuan putri.”

Pria yang aku benci.
Seorang pria yang membenciku.

“… … "Apakah Kau masih mencintaiku?"
"Tidak?"
“… … .”
"Aku bisa melakukan itu."

Pria yang penuh kasih.
Lelaki yang masih mencintaiku.

"Bolehkah aku menciummu?"
“Apakah kamu biasanya mengajukan pertanyaan saat berciuman?”
"Tidak. “Aku merasa jika kamu tidak mengatakan sesuatu, kamu akan mulai menggorok pipiku lagi.”

"Pukul aku. Sebaliknya, setelah ciuman.”